Ada beberapa usaha untuk mendalami karakter dalam sebuah penulisan naskah film. Penulis skenario sekaligusSutradaraFilm, M. Irfan Ramli membeberkan usaha apa saja yang perlu diketahui oleh penulis pemula.

Pertama, relateable, menurut Irfan, karakter itu harus bisa diidentifikasikan atau dikenal, setidaknya dapat dibayangkan. Apa yang dikerjakannya, dengan siapa karakter tersebut hidup, di mana tinggalnya, dan bagaimana cara dia menyelesaikan suatu persoalan. 



Kedua, impactful. Seorang karakter harus bisa memberi kesan yang kuat, Irfan melanjutkan, karakter juga harus kuat dengan dibangun oleh motivasi yang jelas, memiliki cara untuk mencapai apa yang diinginkan, memiliki nilai yang dipegang teguh.

“Ketiga itu telling the truthtruth itu tidak selalu soal kebenaran ya, bukan hanya sebagai lawan dari keburukan atau hal yang salah, melainkan tergantung peran atau kepentingan tokoh dalam cerita,” ungkap Irfan dalam Live Streaming Youtube BEM Kema Unpad.

Usaha selanjutnya yaitu having a choice, menurut Irfan karakter harus memiliki sesuatu untuk disampaikan. Karakter juga harus believeable, Irfan mengatakan ini menjadi elemen terpenting karena dengan ini tokoh dapat dipercaya dan bisa diikuti lalu menjadikannya berfungsi.

Irfan memandang karakter juga harus memiliki contrast. Menurutnya, kontras antara satu sama lain dengan menolak reaksi karakter sekunder terhadap masalah atau situasi ekstrem. Jika ada dua atau lebih karakter yang sama, menurutnya sebaiknya dibuang.

“Tokoh juga harus saling bertentangan untuk menjadikannya konflik,” tambah Irfan. 

   

  


Memiliki pengaruh pada plot melalui fungsi dramatis tertentu, atau dramatic fuction menurut Irfan merupakan usaha yang selanjutnya. Fungsi dramatis utama adalah milik protagonis, menjadi tempat plot berputar yang dirujuk oleh karakter lainnya.

“Dan antagonis bertugas melawan karakter protagonis untuk mencegah keinginannya,” kata Irfan.

Terakhir adalah dispositions, Irfan mengatakan karakter harus memiliki watak, mulai dari karakteristik secara filosofis, moral, fisik, emosional, hingga neurotik yang memengaruhi dan menentukan perilaku sadar dan tidaknya karakter.

Irfan menyimpulkan semua usaha untuk mendalami karakter ini disebut dengan dramatic arc, sebuah busur yang memperlihatkan perkembangan karakter sepanjang cerita. Menurutnya dalam dramatic arc karakter mengalami pertumbuhan dan perkembangan karakter dalam cerita.

“Biasanya dialami dengan enggan, karakter bergulat dengan dirinya atau aspek di luar dirinya sampai akhirnya mengatasi beberapa masalah atau semua jenis ketakutan, hambatan, dan trauma. Dengan ini perubahan dari apa yang diinginkan akan menjadi apa yang dibutuhkan,” jelas Irfan.      Dalam proses pendalaman karakter, ada pula yang disebut dengan pengembangan karakter atau character development. Dalam pembuatan ini, Irfan menyarankan untuk buat pertanyaan agar mempermudah proses penulisan, di antaranya: 1. Apakah karaktermu seseorang yang berani?

2. Apakah ia memiliki keraguan batin? Dalam hal apa biasanya?

3. Apakah ada sikap dan etika yang membuatnya mendapatkan masalah?

4. Apakah ia bisa mencintai dirinya dan orang lain? Atau apakah ia seseorang yang sedang belajar untuk mencintai?

5. Apa rasa bersalah yang sering muncul dalam hidupnya?

6. Apakah karakter memiliki trauma masa lalu?

7. Apa kesalahan dalam berpikir yang karakter miliki?

“Harus diingat bahwa kita sedang membangun karakter, bukan diri kita. Karakter memiliki dunianya sendiri, sejarah dan kebutuhannya, kita membangun cerita karakter yang menjadi basis tindakan atau aksinya,” tutup Irfan.









 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved