Membuat Skrip/Naskah Cerita Komik Dengan Mudah Dan Hasil Menarik

ADA DUA MACAM SKRIP KOMIK DALAM INDUSTRI KOMIK:

1.Marvel Style (Plot) Script
Adalah jenis script yang sangatlah global, boleh dibilang berupa sinopsis/plot saja. Disini peran illustrator sangatlah besar, boleh dibilang ini sutradara komiknya adalah si penggambar.

Jenis script ini dipakai Marvel pada saat awal-awal berdirinya, dimana jumlah editorial Marvel hanya sedikit dan merangkap sebagai penulis cerita, contohnya Stan Lee. Karena banyaknya komik yang harus terbit dalam waktu yang singkat, maka beliau hanya sempat menulis synopsis cerita, kemudian penggambarnya seperti Steve Ditko (Spider-man) dan Jack Kirby (Fantastic Four) yang akan mendesain karakter, setting, action, dan lain-lain.

Setelah komiknya selesai digambar, barulah Stan Lee menulis dialog yang pas untuk adegan-adegan yang sudah digambar tersebut. Jadi sampai sekarang masih diperdebatkan seberapa besar peran Stan Lee dalam penciptaan karakter-karakter Marvel, karena pada saat itu peran illustrator juga sama besarnya.



2. Full Script
Adalah jenis script komik yang paling umum pada saat ini, dimana penulis dan penggambar bisa saja tidak pernah saling berkomunikasi, tetapi penggambar bisa menghasilkan komik sesuai dengan apa yang ada di bayangan si penulis.

Tentu saja kuncinya adalah penulisan secara detil dan jelas di dalam scriptnya. Jenis Script inilah yang akan kita bahas sekarang ini.


TETAPI KEDUANYA MEMILIKI POLA YANG SERUPA, PERHATIKAN ULASAN BERIKUT:

Membuat Naskah Komik


Naskah yang dimaksud disini adalah naskah tulis (name) bukan naskah gambar. Agar tidak membingungkan anda semua, saya menggunakan istilah manuskrip untuk naskah gambar.

Tutorial kali ini mengumpamakan anda berkerja sebagai penulis komik untuk dikerjakan gambarnya oleh pihak lain (Pengarang), jika anda menulis naskah untuk digambar sendiri, maka anda bisa melakukan penyesuaian yang diperlukan sehingga nyaman dan mudah untuk anda pahami.

Menulis naskah komik  mungkin hampir mirip dengan menulis naskah untuk film, bedanya kata "adegan" diganti dengan "panel". Sebelum kita lanjutkan tidak ada salahnya kita ketahui dulu anatomi dari sebuah halaman komik. Anda bisa mengklik disini untuk menuju halaman tersebut.

Sudah ? oke sekarang kita lanjutkan dengan mengetahui berbagai macam tipe adegan / shoot dalam sebuah komik:

Tipe Adegan komik / Shoot

 

Close Up Shoot (CU) : Menempatkan kamera atau mata pembaca sedekat mungkin dengan objek atau karakter komik sehingga latar belakang menjadi sedikit terlihat atau tidak terlihat sama sekali.

Coba perhatikan gambar jelek di bawah ini (Sengaja dibikin jelek. Supaya, cuma kritikus kapiran kurang kerjaan yang sudi untuk mengkritiknya..hi..hi..hi).

Manga Close Up Shoot
Dalam Close Up Shoot terdapat sedikit atau tidak ada background sama sekali.
 


Medium Shoot (ME): Menempatkan kamera atau mata membaca, sedikit lebih jauh sehingga karakter yang melakukan aksi utama atau objek yang ingin mendapat perhatian serta latar belakang disekelilingnya, dapat terlihat. Medium shoot umumnya (walau tidak selalu) memiliki komposisi yang relatif seimbang antara adegan utama dengan latar belakang.

Medium Shoot
Dalam  Medium Shoot, besarnya foreground dan background relatif seimbang
Medium Shoot
Gambar diatas juga termasuk Medium Shoot walau dibuat secara melebar

Wide Shoot (WI): Sering disebut juga Panoramic Shoot. Menempatkan kamera atau mata pembaca lebih jauh lagi, sehingga cakupan penglihatan jadi lebih luas. Wide Shoot umumnya digunakan untuk membuat tampilan latar belakang lebih menonjol ketimbang karakter atau sepenuhnya hanya menampilkan latar belakang saja yang bisa berupa lansekap alam, atau kota.

Wide Shoot
Gambar latar belakang lebih ditonjolkan ketimbang si karakter, tampilan ini disebut Wide Shoot


Penjelasan atas sebaiknya jangan dianggap sebagai peraturan baku tapi sebagai panduan, terutama untuk naskah tulis. Karena perbedaan antar shoot tersebut memang tidak pernah definitif.

Jika anda melihat sebuah panel dalam komik misalnya :



Anda mungkin bisa menyebutkan jenis shoot dalam panel tersebut, tapi ketika anda menulis naskah komik untuk pengarang lain atau mengerjakan gambar untuk naskah yang ditulis orang lain, yang harus anda perhatikan adalah  komposisi halaman secara keseluruhan bukan perpanel. Aturlah seluruh panel tersebut sebagai satu kesatuan dan komposisinya menjadi menarik. 

Selain tipe tampilan gambar kita juga mengenal yang dinamakan sudut pandang kamera atau camera angle. Ada tiga sudut pandang kamera yang paling populer:



Sudut Pandang Kamera (Camera Angle) 

 

Frog Eye View (FEV): atau sudut pandang mata kodok, menempatkan kamera ada di bawah objek atau karakter sehingga memunculkan deformasi gambar (foreshortening) bagian yang lebih dekat dengan kamera tampak lebih besar dan juga sebaliknya, bagian yang jauh tampak lebih kecil. Sudut pandang seperti ini bisa digunakan untuk menampilkan efek gigantik pada karakter.

Frog Eye View
Frog Eye View. Posisi kamera di bawah objek



Human Eye View (HEV): Menempatkan kamera seolah sejajar dengan mata manusia, tidak ada deformasi gambar (foreshortening)  untuk penempatan kamera seperti ini.

Human Eye View
Human Eye View atau Sudut Pandang Manusia. Posisi kamera sejajar dengan objek.



Birds Eye View (BEV) : Atau sudut pandang mata burung, menempatkan kamera ada di atas objek atau karakter sehingga memunculkan deformasi gambar (foreshortening). Sudut pandang seperti ini bisa digunakan untuk membuat objek terletak jauh di bawah atau seolah pembaca melihat dari atas ketinggian.


Bird Eye View
Bird Eye View. Posisi kamera ada di atas objek

Naskah

Beberapa macam naskah komik:
  • Naskah Tulis : baik yang dibuat detail maupun hanya dalam bentuk paragraph. Naskah jenis ini relative lebih mudah dibuat Karena tidak memerlukan gambar kasar sehingga sangat memberi kemudahan dalam proses editingnya, setiap proses perbaikan naskah bisa dilakukan dengan lebih cepat. Naskah seperti ini sangat cocok bagi anda yang tidak ingin ide yang ada dikepala anda terhambat atau terhambat oleh proses penulisan naskah yang lambat. Kelemahannya, karena naskahnya hanya berbentuk tulisan, umumnya pengarang/pensiler harus membayangkan ulang ketika akan mulai menggambar dan bisa jadi apa yang dibayangkannya, jauh berbeda dengan apa yang ada dikepala anda. Naskah jenis ini merupakan naskah favorit saya.
  • Naskah Gambar Kasar atau Name : Naskah seperti ini popular di Jepang dan mungkin sebagian pengarang komik di Indonesia juga menggunakannya. Naskah ini lebih mempermudah pengarang, Karena gambar kasar yang ada dinaskah ini, lebih mudah dipahami dan diterjemahkan ke gambar yang lebih baik oleh pengarang. Kelemahannya adalah, sulit untuk diedit karena setiap perubahan, mengharuskan kita untuk lebih banyak menghapus dan menggambar ulang. Kadang ide yang ingin kita buat menjadi tersendat atau bahkan hilang/lupa karena proses pembuatannya yang lebih lama ketimbang naskah tulis. Anda bisa membuat naskah jenis ini secara manual atau secara digital, saran saya jika anda berniat membuatnya secara digital sebaiknya naskah yang anda buat adalah naskah jenis Hybrid
  • Naskah Hybrid: Naskah jenis ini pada dasarnya merupakan naskah gambar kasar (name) dengan teks ballon yang telah diketik, sehingga bisa di copy/paste ke dalam manuscript yang telah jadi. Biasanya setelah anda selesai membuat naskah ini, anda menyerahkannya pada editor untuk didiskusikan atau diperiksa. Jika ada kesalahan teks atau ejaan terutama pada bagian dialognya (teks baloon) maka editor bisa langsung memperbaikinya. Nah itulah sebabnya kenapa penting membuat naskah gambar kasar (name) dengan teks yang bisa dicopy/paste. Ini bisa meminimalisir kesalahan penulisan (typo) dibanding  jika dialog tersebut  harus diketik ulang.

 

Naskah Tulis dalam bentuk paragraph

 

Judul: Aku Adalah Ibumu
Genre: Horor
Penulis: Panjul
Pengarang : Djoe
Editor: Ucup

Hal 1
Malam hari, angin meniup pucuk pohon. Dikegelapan malam sebuah bayangan putih melesat melintasi dedaunan  dan kemudian hinggap diatap sebuah rumah. Bayangan putih, yang ternyata merupakan hantu perempuan tersebut, kemudian masuk kedalam rumah dengan cara menembus atap rumah, seolah-olah atap rumah tersebut terbuat dari air atau bahkan hanya terbuat dari udara.

Hal 2
Kepala hantu tersebut muncul dari langit-langit kamar, terus turun sehingga kaki hantu tersebut menapak terbalik di langit kamar. Berjalan menghampiri si neneng yang sedang tertidur. Neneng yang sedang tidur seperti merasakan sesuatu dan membuka mata, dia terkejut dan berkata “Kamu siapa?”. Close up wajah sang hantu yang berkata “Aku adalah ibumu”.

Naskah jenis diatas memberi kebebasan pengarang/pensiler untuk menentukan jumlah panel yang dibutuhkan, termasuk sudut pandang kamera, efek suara dan lain sebagainya. Meskipun demikian pengarang tetap harus sering berkomunikasi dengan penulis, karena potensi kesalahan intepretasi untuk naskah jenis ini lebih besar ketimbang naskah yang ditulis lebih detail.



Naskah tulis detail

 


Aku Adalah Ibumu
Genre: Horor
Penulis: Panjul Tralala
Pengarang : Djoe
Editor: Ucup

Hal 1
Panel 1 (WI)
Narasi : Karawang, Malam 1 Suro.
Malam hari disebuah perumahan yang rindang. Pucuk-pucuk pohon yang tertiup angin.
Panel 2 (ME/FEV)
Sebuah bayangan putih melesat dari pucuk pohon 
Suara : SEET
Panel 3 (CU/HEV)
Bayangan putih yang mulai tampak menyerupai kain hinggap diatap salah satu rumah.
Suara : JLEG
Panel 4 (ME/HEV)
Bayang putih seluruhnya tampak dari belakang, yang menyerupai sosok kuntilanak.
Panel 5 (CU)
Close up wajah dari kuntilanak tersebut, dengan wajah sebagian tersamar karena tertutup rambut, terlihat bibirnya menyunggingkan senyuman.
Kuntilanak: Hi….hi…
Panel 6 (CU)
Wajah kuntilanak yang menembus atap rumah seperti seolah atap tersebut hanya terbuat dari air.
Panel 7 (ME)
Sebagian tubuh dari kuntilanak tersebut masuk menembus atap rumah tersebut.


Hal 2
Panel 1 (ME/FOV)
Tubuh kuntilanak tersebut mulai muncul dari langit-langit kamar si neneng.
Panel 2 (ME/FOV)
Seluruh tubuh tersebut terlihat sehingga tampak seperti sosok yang berdiri terbalik dengan kaki menapak pada langit-langit kamar si neneng. Dan rambut yang terjuntai diatas perut si neneng
Panel 3 (ME)
Wajah neneng tampak gelisah, terlihat dari balik rambut si kuntilanak
Panel 4 (CU)
Neneng mulai membuka mata
Panel 5 (CU/HEV)
Neneng yang kaget terbangun, dan berhadapan dengan sikuntilanak
Neneng: SIAPA KAMU?
Panel 6 (CU)
Kuntilanak dengan wajah yang jelas terlihat dan sangat menyeramkan.
Kuntilanak: AKU ADALAH IBUMU…..



Berikut ini adalah  beberapa poin penjelasan untuk naskah di atas:
  • Aku Adalah Ibumu  ini adalah judul komik, jika ini adalah naskah komik bersambung, maka nomor jilid komik juga harus ditulis, biasanya di bawah judul sertakan juga nama penulisnya dan keterangan lain yang diperlukan.
  • Penulisan nomor halaman  harus dibuat cetak tebal (bold) atau bisa juga dibuat dengan warna yang berbeda. Hal ini bertujuan agar anda bisa dengan mudah menemukannya. Ketika kita menulis naskah ada kalanya kita ingin mengubah naskah dengan menyisipkan halaman baru ke tengah naskah yang sudah jadi, hal ini mengakibatkan nomor halaman yang ada di bawahnya harus dirubah sesuai jumlah halaman baru. Kelalaian dalam memberi nomor halaman dengan benar, bisa berakibat "malapetaka" pada saat komik mulai dikerjakan. Untuk satu komik hitam putih bisa terdiri dari 150-200 halaman. Silahkan konsultasikan jumlah halaman ini dengan penerbit anda.
  • Panel biasanya diikuti dengan setting (keadaan), setting ini bisa cuaca atau waktu, tujuannya adalah sebagai kode pencahayaan bagi pensiler. Misalnya: Panel 1 (Cerah Berawan/WI/HEV), maka seorang pensiler akan paham bahwa gambar yang ia buat akan terlihat terang dengan cahaya matahari. Meskipun demikian tidak semua panel harus diberi setting, jika sebuah panel tidak memiliki setting maka anggap saja setting yang digunakan sama dengan panel sebelumnya atau bisa melihat deskripsi panel.
  • (WI/HEV) ini adalah kode untuk jenis shoot dan sudut kamera, nah jadi sebenarnya penyutradaraan sebuah komik sudah dimulai bahkan sejak naskah itu ditulis. Jika anda membuat naskah untuk dikerjakan oleh pihak lain maka sebaiknya anda mendiskusikannya dengan pengarang/pensiler anda,  umumnya seorang pensiler  memiliki pengalaman bagaimana tampilan terbaik dari suatu adegan tertentu.
  • Deskripsi panel adalah keterangan isi gambar dalam suatu panel, jika anda menulis untuk diri sendiri, anda bisa membuatnya sesingkat mungkin selama anda masih bisa mengingat keseluruhan adegan dengan lengkap. Walau demikian untuk adegan yang unik dan menjadi adegan andalan komik anda, sebaiknya tulis dengan sedetail mungkin .Stress atau tekanan deadline kadang membuat anda hanya ingat garis besarnya saja sehingga ketika digambar, tidak semua detail yang awalnya ada dipikiran anda, tercurah dalam gambar. Anda mungkin baru menyadarinya ketika komik itu telah terbit.

    Ketentuan lain adalah deskripsi ini hanya boleh diisi satu adegan, berikut ini adalah contoh yang salah: Panel 1 (Cerah Berawan/WI/HEV)  Adi berlari-lari kecil ditaman dan terjatuh. Hal ini bisa membuat anda atau pensiler menjadi bingung apakah ingin menggambar Adi sedang berlari di taman atau Adi yang sedang terjatuh. Jadi ingat satu panel hanya untuk satu adegan.
  • Narasi bisa berisi aneka ragam informasi, biasanya informasi tahun, nama tempat, peristiwa atau bisa juga penjelasan awal sebuah cerita. Komik Indonesia tahun 70-an umumnya memiliki narasi cukup panjang yang terletak hampir disetiap bagian atas panel, narasi ini tujuannya untuk mempersingkat cerita. Namun sekarang penggunaan narasi jadi sangat minimal sekali karena pada dasarnya setiap narasi bisa dengan dirubah menjadi gambar. Narasi ini sebaiknya/seharusnya ditulis dengan mempergunakan aturan bahasa yang baku.
  • Efek suara atau yang sering disingkat menjadi suara saja, berisi segala jenis suara yang muncul didalam adegan, suara pistol yang umum adalah "DOR" sedangkan untuk komik Amerika adalah "BANG". Anda juga harus memperhartikan jenis komik anda, suara kaleng jatuh untuk komik serius adalah "KLANG" sedangkan untuk komik humor bisa diganti "KLONTRANG".
  • Dialog ini berisi seluruh kata-kata yang diucapkan oleh siapapun yang ada dalam sebuah komik. Dialog ini umumnya ditulis seluruhnya dalam hurup besar (huruf kapital), karena kalimat yang diucapkan dianggap tidak sama dengan kalimat langsung dalam sebuah novel melainkan dianggap sebagai suara. Pengarang komik ingin agar dialog tersebut terlihat sebagai bagian dari gambar dan seolah-olah terdengar langsung ditelinga anda. Pada awalnya penggunaan huruf besar ini untuk memudahkan penulisan dan membacanya karena komik generasi awal, teksnya ditulis  tangan manusia, kebiasaan ini berlanjut bahkan ketika penulisan teks sudah memakai komputer. Perhatikan ruang/space yang tersedia untuk suatu dialog. Umumnya empat baris kalimat untuk satu panel gambar, sudah terlalu panjang. Untuk komik ada beberapa macam jenis dialog. Berbeda dengan narasi, dialog bisa ditulis dengan beragam gaya bahasa, termasuk bahasa gaul selama itu sesuai dengan cerita.

 

Macam-macam dialog

  • Dialog Normal : merupakan dialog pada umumnya, tidak ada tanda khusus untuk dialog normal. Di dalam komik dialog ini dibingkai dalam bentuk balon dengan bentuk arah datang suara, runcing.
  • Dialog Dalam Hati : di dalam naskah komik, dialog ini di bingkai dalam tanda kurung (). sedangkan pada halaman gambar dialog dalam hati bisa di masukan dalam balon dengan arah datang suara berbentuk gelembung-gelembung. Dialog dalam hati mirip seperti dialog normal, tapi tidak disuarakan.
Untuk lebih jelas, mengenai dialog atau balon dalam manga, anda bisa membaca lebih lanjut di artikel ini.

 

Membuat Name

Berikut ini adalah naskah gambar kasar/name untuk cerita yang sama. Name ini diasumsikan dibuat oleh orang yang mahir mengarang cerita tapi sama sekali tidak bisa menggambar. Anda tentu bisa menilai kemampuan gambar si penulis dari tingkat kehancuran name ini...:)






Jika anda membuat name untuk orang lain, Anda juga bisa menambahkan keterangan seperlunya di dalam name tersebut, sebaiknya ditulis dalam hurup sambung agar bisa dibedakan dengan dialog.



Hasil Akhir dari Naskah 2 Halaman Diatas

 

Gambar  Hal 1

Gambar Hal 2




Hal-hal lain yang berkaitan dengan penulisan naskah


Panel untuk gambar dua halaman


Di dalam komik, ada kalanya kita ingin membuat adegan yang digambar di dua halaman sekaligus, dalam istilah komik sering disebut "spread page/splash page". Yang harus diperhatikan untuk jenis halaman seperti ini adalah posisi nomor halaman. Halaman spread hanya bisa dibuat dari halaman genap ke ganjil (untuk penjilidan sebelah kiri), misalkan halaman 2 dan 3 atau 24 dan 25. Jika anda terbalik membuatnya misalkan 25 dan 26 hampir dapat dipastikan halaman tersebut akan terpotong sehingga setengah dari gambar justru akan dicetak di halaman belakangnya.


Menyisipkan Pin Up


Pin up adalah gambar lepas, masih berhubungan dengan komik tapi bukan merupakan bagian dari cerita. Sebelum menyisipkan pin up perhatikan dulu ada atau tidaknya halaman spread di dalam komik anda, jika ada, maka anda harus berhati-hati karena bisa membuat posisi nomor halaman berubah. Sebaiknya penyisipan pin up juga dia masukan ke dalam naskah sehingga urutan dan jumlah halaman keseluruhan bisa tetap terpantau, tapi jika anda ingin memasukan pin up setelah naskah selesai, masukan dengan jumlah genap, 2,4 dst dengan demikian posisi halaman spread tetap tidak berubah. Selain Pin Up anda juga bisa menyisipkan gambar lain, seperti proses pembuatan komik atau suasana kesibukan di studio anda dan lain sebagainya


Pemangkas Waktu (Time Breaker)

Pemangkas waktu adalah panel yang dibuat untuk membuat kesan waktu berlalu, misalkan:

Panel 1(malam hari/WI/HEV)
Susi berlari bergegas menuju kamar
Susi:  WADUH BISA TELAT KE PESTA ANTO NIH!
Panel 2: Time breaker
Panel 3(malam hari/WI/HEV)
Susi berjalan dengan pakaian pesta menuju mobilnya.



Time breaker bisa berupa apapun. Bisa berbentuk panel kosong, atau terbuat dari beberapa buah panel yang semakin mengecil.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan script komik, antara lain:

1. Jangan membuat jumlah panel yang terlalu banyak dalam 1 halaman komik. Perlu diperhatikan berapakah ukuran cetak komik yang akan dibuat, apabila ukuran cetaknya semakin kecil, maka jumlah panel diusahakan semakin sedikit. Hal ini akan berpengaruh terhadap ruang untuk penulisan text/dialog dan juga ukuran hurufnya, agar tetap mudah dibaca.

Jumlah panel yang pas untuk komik ukuran A4 adalah 5-6 panel per halaman.

2. Jelaskan sedetil mungkin adegan yang akan digambar, baik dari sudut pandang, kedekatan kamera, gesture tokohnya, ekspresi muka, lingkungan atau orang di sekitarnya, sampai hal-hal kecil seperti merk dan warna benda yang memang penting di dalam cerita tersebut.

3. Jangan menggunakan dialog sebagai sarana penyampaian informasi yang berlebihan juga. Dalam dunia penulisan naskah dikenal ungkapan: “show, don’t tell”, di mana penyampaian informasi sebaiknya ditunjukkan dengan perbuatan sang karakter, bukannya dipaparkan dalam dialog.

Misalnya: Andi yang cuek dan jorok ditunjukkan dengan adegan mengupil dan mengelap hidungnya dengan lengan baju, saat berbicara dengan gurunya.
Bukan melalui narasi “Andi adalah seorang yang cuek dan jorok”.


4. Dialog tentu saja tetap penting. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menulis dialog adalah:
01. Pantaskah karakter ini mengucapkannya?
Contoh: seorang penjahat berbicara dengan gaya bahasa formal saat melakukan tindak kriminal. Aneh, kan?

02. Apakah mereka perlu mengucapkannya dalam adegan tersebut?
Contoh: dalam adegan tembak-menembak yang genting semua karakter malah berdiskusi tentang asal-usul senjata yang digunakan.

03. Apakah mereka akan mengucapkannya kepada karakter yang diajak berbicara?
Contoh: seseorang yang berbicara pada atasannya tentu gaya bahasanya berbeda dibanding dengan kalau berbicara dengan rekan setingkatnya.





 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved